Kesaksian Pelayanan Misi

Madame Jeanne Guyon

Madame Jeanne Guyon dilahirkan sebagai anak yang cantik. Ia tinggal dalam keluarga Perancis yang berada. Pada umur sepuluh tahun, ia menemukan sebuah Alkitab dan menghabiskan seluruh hari-harinya untuk membacanya. Ia sering berdoa walaupun keluarganya menentangnya.

Rusia: Kapten Marco

"Apa yang kamu inginkan?" bentak Marco, seorang kapten Soviet, kepada seorang anak laki-laki muda.

Anak yang baru berumur 12 tahun itu, menelan rasa takutnya di hadapan petugas komunis itu. "Kapten, Anda adalah orang yang memenjarakan orang tua saya. Hari ini adalah hari ulang tahun ibu saya. Saya selalu membelikannya sebuah bunga pada hari ulang tahunnya. Sejak ibu mengajari saya untuk mengasihi musuh-musuh saya dan membalas yang jahat dengan yang baik, saya telah membawakan bunga untuk ibu dari anak-anak Anda. Tolong bawalah pulang untuk istri Anda malam ini dan katakan kepadanya tentang kasihku dan kasih Kristus."

Laos: Umat Kristen

Meterai merah yang begitu mengancam di bagian bawah halaman sebuah dokumen menandakan simbol kantor komunis wilayah untuk area itu di Laos. Bagi umat Kristen, kalimat-kalimatnya lebih mengancam lagi.

"Jika siapa pun, suku apa pun, keluarga apa pun tertipu untuk memercayai agama lain, seperti kekristenan atau lainnya, mereka harus kembali ke agama yang mereka percayai sebelumnya," demikian dinyatakan dokumen itu. "Adalah hal yang dilarang untuk mempropagandakan agama. Sebaliknya, umat percaya itu harus pindah dan tinggal di wilayah baru. Jika ada desa atau keluarga yang percaya pada agama lain, anggota komite partai harus mengumpulkan datanya, dan membuat daftar kelompok orang itu dan mengirimnya ke Kantor Urusan Pembangunan. Kami perlu mengetahui berapa banyak yang percaya kepada Yesus dan merupakan umat Kristen di wilayah ini." Dokumen yang tertanggal 18 Juli 1996 itu ditandatangani oleh Komite Tetap Urusan Pembangunan.

Apakah yang di Tanganmu Itu?

Oleh: Harvey Moore, San Diego, California

Sebagai seorang calon pendeta, saya mendapat kesempatan untuk menyampaikan kotbah pada acara informal di rumah perawatan di sebuah kota kecil. Tetapi saya baru sadar kemudian bahwa ternyata para penghuni rumah tersebut adalah orang-orang yang telah memutih rambutnya. Pada pagi Sabtu itu, rasa takut mulai memenuhi benak saya. Saat itu saya baru berumur 21 tahun. Apa yang dapat saya sampaikan pada orang-orang lanjut usia ini?

Vivia Perpetua (Wafat Tahun 203)

Pada tahun 202M, Kaisar Roma, Septimus Severus, melarang orang bertobat dan menjadi pengikut ajaran Yudaisme maupun Kristen.

Oleh sebab itu, di Afrika Utara, Vivia Perpetua, Felicitas, dan beberapa petobat baru lainnya dipenjarakan dan akhirnya dihukum mati dengan cara dimasukkan ke dalam arena binatang buas di kota Kartago. Namun, pelaksanaan hukuman mati ditunda sampai Felicitas melahirkan seorang bayi perempuan setelah 8 bulan mengandung. Dalam "The Passion" -- berisi riwayat tentang penyiksaan para wanita ini -- Perpetua, seorang istri yang berpendidikan dan juga seorang ibu yang penuh kasih, menceritakan iman dan hidupnya selama berada dalam penjara. Wanita berusia 22 tahun ini menyimpulkan bahwa "sel bawah tanah bagiku adalah sebuah istana".

Tidak Rela Membayar Harga

Para komunis mengangkat dua foto di hadapan mata Natasha. Satu foto menunjukkan Aida Skripnikova, dalam kecantikan masa mudanya yang bagaikan bintang film. Yang kedua, foto orang yang sama yang menunjukkan efek-efek mengerikan dari kehidupannya di penjara di Soviet. Kecantikan belia Aida Skripnikova telah lenyap. Ia tersenyum dengan bibir pecah-pecah dan wajah yang pucat. Ia tampak bagai seorang wanita tua. Kontras di antara kedua foto demikian menyedihkan hingga tak terasa Natasha memalingkan wajah.

Natasha, pendiri majalah bawah tanah Kristen Rusia, telah dimasukkan berkali-kali ke dalam penjara. Ketika ia dilepaskan, ia mulai mencetak majalahnya kembali, dengan diam-diam, dan sekali lagi ia ditangkap. Kali ini ia mungkin diberikan hukuman yang berat.

Siksaan yang Tak Terkatakan

Seorang Pendeta bernama Felix (nama samaran) disiksa dengan besi yang panas membara dan pisau-pisau. Ia dipukuli dengan hebat. Tikus-tikus kelaparan dihalau masuk melalui pipa ke dalam selnya. Ia tak dapat tidur karena harus memertahankan dirinya setiap saat. Bila ia beristirahat, tikus-tikus akan menyerangnya.

Ia terpaksa berdiri selama dua minggu, siang dan malam. Orang komunis ingin memaksanya mengkhianati saudara-saudara seimannya, namun ia tetap bertahan dengan setia. Akhirnya, mereka membawa putranya yang berusia 14 tahun dan memukuli anak itu di hadapan ayahnya. Mereka berkata bahwa mereka tidak akan berhenti memukuli anak itu sampai ia mau mengatakan apa yang mereka inginkan. Orang yang malang itu menjadi setengah gila.

Raymond Lull: Misionaris Pertama yang Menginjili Pemeluk Keyakinan Lain (1252 -- 1515)

"Apa yang sedang saya pikirkan?" Raymond Lull pasti terheran-heran. Mungkin ia merasa heran bagaimana mungkin ia bisa naik kapal untuk mengabarkan Injil kepada orang-orang di Afrika Utara. Ia mungkin akan terbunuh dan dianiaya.

Lull mengalami lahir baru pada usianya yang ke-30. Ia bertobat dari kebiasaan lamanya yang suka mengadakan pesta dan membuang waktu dengan sia-sia. Ia dilahirkan pada tahun 1232 di sebuah keluarga yang terhormat di Majorca, dekat lepas pantai negara Spanyol.

Subscribe to Kesaksian