Kesaksian Pelayanan Misi

Penjahatnya Allah

"Jangan gerakkan tanganmu!" teriak polisi berseragam sembari mendorong jari-jari terdakwa ke dalam lengan seragam yang berwarna oranye, saat mereka mengikuti perintah hakim muda. Setelah penahanan terdakwa, siksaan tongkat listrik memaksa pengakuannya atas "menjalankan bisnis ilegal". Pendeta C -- Pemimpin gereja rumah, berumur 34 tahun ini, dituduh bersalah bukan karena memperdagangkan senjata dan obat-obatan terlarang, melainkan dituduh mencetak dan menjual buku-buku kekristenan tanpa izin terlebih dahulu (sebenarnya buku-buku tersebut dia bagikan secara gratis). Kejahatan C yang sesungguhnya adalah mematuhi Allah sebagai "otoritas", daripada membungkuk kepada pemerintah komunis Tiongkok.

India: Dr. PJ

"Saya merasa seolah-olah salah satu lengan saya terpotong," kata Dr. PJ. Itu adalah khotbah yang paling sulit selama hidupnya -- saat penguburan anak laki-lakinya sendiri. Suaranya penuh dengan emosi, "Namun dengan apa pun yang masih kumiliki, saya akan terus melayani Kristus."

Kami Mati dengan Penuh Ucapan Syukur

Kedua gadis Kristen itu menunggu di halaman penjara Tiongkok untuk eksekusi yang telah diumumkan. Seorang sesama tahanan yang melihat adegan itu dari sel penjaranya, menggambarkan wajah mereka terlihat pucat tetapi cantik di luar batas akal -- amat sedih tetapi manis. Berbicara secara manusiawi, mereka penuh rasa takut. Tetapi Qiu Qinxiu dan Hou Xiuzu telah memutuskan untuk menyerahkan diri kepada kematian tanpa mengingkari iman mereka.

Timothy dan Maura

Pada tahun 304 Masehi, tahun sebelum Dioklesia mundur sebagai penguasa Roma, penganiayaan terhadap orang Kristen mencapai tingkat yang benar-benar biadab. Timothy, seorang diaken gereja di provinsi Mauritania -- bagian dari wilayah kekuasaan Roma, adalah seseorang yang bertanggung jawab menjaga keberadaan kitab-kitab Injil dalam gerejanya.

Rumania: Richard Wurmbrand

"Saya mengagumi orang-orang Komunis." Kalimat itu kelihatannya aneh keluar dari seorang pendeta yang telah menghabiskan empat belas tahun di penjara Komunis. Namun Richard Wurmbrand tulus saat mengatakan kalimat itu.

"Banyak orang Komunis rela mati untuk membela Utopia [sistem sosial politik yang sempurna yang hanya ada di bayangan (khayalan) dan sulit atau tidak mungkin diwujudkan dalam kenyataan, Red.] mereka. Dibanding beberapa orang yang saya jumpai di gereja, mereka lebih berkomitmen sampai usaha yang penghabisan."

Kota Tashkent: Nothing To Lose

Pada minggu pagi, lantai semen ditutup dan kursi-kursi kayu dibungkus di gereja Tashkent, Uzbekistan. Para pemimpin gereja di sana menemukan suatu cara kreatif untuk membangun sebuah gereja -- sederhananya memasang atap-atap menyeberang di antara dua rumah yang bersebelahan, mengubah tanah kosong yang merupakan jarak antara kedua rumah tersebut menjadi gereja yang teduh. Jemaat gereja tersebut telah berkembang mencapai 150 jiwa, dan membuka cabang lain yang jemaatnya mencapai 120 jiwa. Proyek misi mereka adalah membuka gereja baru lagi di salah satu kota tetangga yang sangat anti kekristenan. Sudah ada sekitar 30 jiwa yang menghadiri persekutuan di gereja baru itu.

Pencobaan Api

Sekitar tahun 237, Kaisar Maximinus mengirimkan para tentaranya untuk menutup semua tempat atau gereja yang digunakan orang-orang Kristen untuk berkumpul memuji Juru Selamat mereka. Ia memerintahkan agar kayu-kayu ditempatkan mengelilingi tempat-tempat tersebut dan api dinyalakan untuk membakar semua orang Kristen yang berada di dalamnya.

Sebuah Nyanyian Bagi Tuhan

Pada suatu hari John Denley mengunjungi beberapa orang sahabat. Denley dihentikan dan digeledah oleh para penguasa, dan mereka menemukan pengakuan imannya secara tertulis. Denley percaya bahwa gereja dibangun di atas rasul-rasul dan nabi-nabi, dengan Kristus sebagai kepala, dan seperti itulah kehadiran pemerintahan gereja, sedangkan Gereja Inggris, bukanlah bagian dari gereja yang sejati itu. Pada masa itu, banyak pengajaran tidak seturut dengan Alkitab.

Subscribe to Kesaksian