gereja

Pandangan Saya tentang Misi

Oleh: Abraham Aji

Seperti kebanyakan orang percaya, konsep bermisi dan memberitakan Injil bukanlah sesuatu yang asing di telinga saya. Subjek ini sudah sering saya dengar, baik dalam khotbah, kesaksian, maupun dari membaca Kitab Suci, tepatnya dalam Kitab Matius pasal 28 yang membahas Amanat Agung. Kesan saya pada pekerjaan misi adalah bahwa misi merupakan tugas mulia yang diemban oleh setiap orang percaya. Namun, penerapannya masih cukup samar bagi saya. Pengertian saya terhadap misi adalah melakukan perjalanan ke suatu daerah/negara yang memiliki budaya dan bahasa yang berbeda dengan kita, dengan masyarakat yang belum mengenal Injil, dan kemudian memberitakannya. Ini adalah pekerjaan besar, dan rasanya tidak semua orang siap meninggalkan segalanya untuk memulai pelayanan di tempat yang benar-benar baru. Belum lagi kendala-kendala lain yang mungkin menyebabkan seseorang tidak bisa bermisi ke luar wilayahnya.

Misi dan Pergumulan Bangsa

Hakikat gereja yang misioner menegaskan bahwa gereja dan misi adalah integral. Kesatuan gereja dan misi ini menempatkan gereja pada posisi "harus" (wajib), dan ini menjadikan misi sebagai jantung gereja dan tugas gereja yang harus diwujudkan di mana pun gereja berada. Gereja hidup oleh misi dan harus dilakukan sebagai bagian dari hidup gereja. Misi adalah "jantung dan hidup" gereja. Oleh karena itu, gereja tidak dapat hidup tanpa misi. Pada sisi lain, gereja memiliki tanggung jawab utuh untuk turut serta dalam melakukan tugas misi. Gereja bertanggung jawab penuh melakukan tugas misi yang dilakukan secara penuh pula dari segala aspek. Pada sisi inilah, gereja dihadapkan dengan objek dan konteks pelayanan yang menuntut perlunya kearifan dalam melakukan tugas misi tersebut. Mengulas pokok bahasan seputar "Misi dan Pergumulan Bangsa" mempertegas premis di atas yang sekaligus menjawab pertanyaan tentang bagaimana sepatutnya gereja menempatkan diri serta bagaimana menyikapi pergumulan bangsa sebagai bagian dari kehidupannya.

Georgi Vins (1928 -- 1998)

Pada tahun 1960, sekelompok pemimpin gereja (di Soviet, sebelum negara itu pecah) dipengaruhi penguasa Komunis agar mereka mau menerima sebuah undang-undang tertulis yang isinya menguatkan larangan terhadap gereja. Georgi Vins, Gennadi Kryuchkov, dan para pemimpin gereja lainnya segera membentuk satu kepanitiaan yang isinya menolak kebijakan baru pemerintah tersebut.

Pada tahun 1964, tanpa izin pemerintah setempat, Vins, Kryuchkov dan beberapa pemimpin lainnya mengadakan rapat supaya gerakan mereka melakukan kampanye "hak asasi manusia" di negara komunis itu. Para anggota gerakan ini mengirimkan daftar 170 orang Baptis yang dijebloskan ke penjara karena iman kepada Kristus -- daftar itu ditujukan kepada pemimpin pemerintahan, organisasi internasional, dan sebagainya.

Subscribe to gereja