Profil dan Karya Tokoh-tokoh MISI bisa Anda baca di sini untuk memotivasi Anda dan menjadi teladan bagi Anda

Elizabeth "Betty" Greene

Meskipun Betty Greene tidak menganggap dirinya sebagai pendiri MAF (Mission Aviation Fellowship), tetapi pada kenyataannya dialah yang bekerja paling banyak pada tahun-tahun pertama pengajuan konsep organisasi misi penerbangan (mission aviation) sebagai sebuah pelayanan misi khusus. Lebih jauh lagi, dia adalah staf pekerja full-time pertama dan pilot pertama yang terbang pada saat organisasi itu baru terbentuk. Meskipun dia seorang wanita, pengalaman dan keahliannya sebagai pilot tidak diragukan lagi. Betty bekerja di Air Force selama bulan-bulan pertama Perang Dunia II, menerbangkan misil-misil radar dan terakhir dia ditugaskan untuk mengembangkan beberapa proyek termasuk menerbangkan pesawat-pesawat pengebom B-17. Namun, pelayanan di dunia militer bukanlah pilihan karier Betty. Oleh karena itu sebelum PD II berakhir dia telah meninggalkan dunia militer dan memulai pelayanan seumur hidupnya sebagai seorang pilot misionaris.

Don Richardson dan Suku Sawi Di Irian Jaya

Salah satu dari ahli teori misi praktis yang telah menarik banyak minat di dunia Barat adalah Don Richardson. Bukunya "Peace Child" (Anak Perdamaian) dan "Lords of the Earth" (Para Penguasa Bumi) yang ditujukan bagi orang-orang Kristen awam ini menyajikan tentang kerumitan dalam mengomunikasikan Injil secara lintas budaya kepada orang-orang non-Kristen, khususnya suku- suku yang jauh dari peradaban barat. Mungkin lebih dari misionaris lainnya di Amerika, dia bisa menarik baik orang awam maupun para ahli misiologi.

Don Richardson

Prinsipnya tentang "Redemptive Analogy" (Analogi Penebusan) -- penerapan tentang prinsip keselamatan ke dalam budaya lokal -- telah menyebabkan antusiasme dan debat dalam siklus misiologi semenjak dia menjelaskan prinsip tersebut di sebuah seminar di Dallas Theological Seminary tahun 1973. Sejak saat itu pengaruhnya telah berkembang melalui buku-buku dan artikel-artikel yang ditulisnya, konferensi yang diadakannya, pembuatan film "Peace Child", dan asosiasinya dengan U.S. Center for World Mission di Pasadena.

D.L. Moody

Dwight L. Moody dilahirkan di Northfield, Massachusetts, pada tanggal 5 February 1837 dari pasangan Edwin Moody dan Betsey Holtom. Ayahnya bekerja sebagai seorang tukang batu. Ayahnya meninggal saat Moody masih kecil dan dalam masa kesusahan mereka. Sejak itu ibunyalah yang bekerja keras membanting tulang untuk membesarkan anak-anaknya menjadi orang-orang dewasa yang baik.

Masa kecil Moody dilalui sebagaimana anak-anak kecil lain di tempatnya. Ia bersekolah, dan pada musim panas ia bekerja untuk menggembalakan lembu tetangganya dengan upah satu sen sehari. Moody merupakan anak yang periang dan humoris, tapi juga terkadang nakal dan menjadi pengacau di kelasnya. Sampai suatu saat Moody berhadapan dengan gurunya yang menegur perbuatan Moody dengan kasih dan teguran itu membuat Moody menyadari kesalahannya.

William Cameron Townsend

(Tokoh Penerjemah Alkitab pada Abad ke-20)

Salah seorang individu yang paling memberi pengaruh besar dalam gebrakan penerjemahan Alkitab pada abad ke-20 adalah William Cameron Townsend -- pendiri Wycliffe Bible Translators (WBT) dan Summer Institute of Linguistics (SIL). Cam Townsend adalah seorang pribadi yang berkeyakinan tinggi, dan memiliki sifat kepemimpinan yang tegas dalam kedua organisasi tersebut dan juga dalam memimpin JAARS (Jungle Aviation and Radio Service). Ketegasan itu seringkali mengakibatkan terjadinya kontroversi. Billy Graham menyebutnya sebagai "the greatest missionary of our time," dan pada saat kematiannya di tahun 1982, Ralph Winter (dari United States Center for World Mission) menempatkannya sebagai salah seorang misionaris yang paling menonjol selama dua abad terakhir ini -- sejajar dengan William Carey dan Hudson Taylor.

Betty Olsen dan Vietnam Martyrs

Pelayanan radio misi telah berjuang keras agar dapat diterima oleh masyarakat Kristen pada umumnya; dan tanpa visi ke depan yang dimiliki oleh Clarence W. Jones maka perkembangan radio misi tidak akan seperti sekarang ini. Jones tidak takut untuk menggunakan radio yang saat itu dianggap sebagai "tool of the devil" (alat setan) untuk penginjilan.

Subscribe to Tokoh Misi