Oleh: Pdt. Bob Jokiman
  Jikalau kita membaca Kitab-Kitab Injil maka kita akan menemukan   bahwa orang Samaria, yang dihina oleh bangsa Yahudi, mempunyai   tempat tersendiri dalam hati dan pelayanan Tuhan Yesus. Bagi mereka   yang senang dengan Penginjilan Pribadi maka penginjilan yang   dilakukan Yesus kepada wanita Samaria di tepi sumur dapat menjadi   model P.I. Pribadi (
  Dalam rangka Hari Thanksgiving ini, saya mengajak Anda semua untuk   belajar dari orang Samaria yang tahu mengucap syukur seperti yang   dikisahkan dalam Injil 
"Dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem Yesus menyusur perbatasan Samaria dan Galilea. Ketika Ia memasuki suatu desa datanglah sepuluh orang kusta menemui Dia. Mereka tinggal berdiri agak jauh dan berteriak: "Yesus, Guru, kasihanilah kami!" Lalu Ia memandang mereka dan berkata: "Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam- imam." Dan sementara mereka di tengah jalan mereka menjadi tahir. Seorang dari mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring, lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya. Orang itu adalah seorang Samaria. Lalu Yesus berkata: "Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu? Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?" Lalu Ia berkata kepada orang itu: "Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau."
  Kita tidak tahu bilamana mereka menyadari atau mengetahui bahwa   mereka telah sembuh atau tahir. Hal itu bisa terjadi tidak lama   setelah mereka meninggalkan Yesus. Melihat satu dengan yang lain   mungkin ada diantara mereka yang berkata: "Hei apa yang terjadi   dengan engkau. Kustamu nampaknya sudah sembuh. Wajahmu sudah bersih.   Lihat tanganmu sudah licin dan lembut." Kemudian setiap mereka   memeriksa diri masing-masing. Betapa mereka kaget, heran dan   terpesonanya mereka, semuanya sembuh, kustanya telah lenyap, kutukan   telah terangkat! Suatu peristiwa ajaib yang harus dirayakan! Lalu   mereka cepat-cepat berlari untuk menunjukkan kesembuhan mereka   kepada imam di desa terdekat. Mereka sudah tidak sabar untuk kembali   dan bertemu dengan sanak-keluarga masing-masing, dengan isteri atau   anak-anak yang sudah sekian lama ditinggal karena mereka dikucilkan   dari masyarakat menurut hukum Yahudi (
MENGAPA DIRI TIDAK LAYAK MENERIMA KESEMBUHAN
  Mungkin sekali ketika ia tahu bahwa kustanya telah sembuh ia   bertanya dalam hatinya: "Ke mana aku harus pergi sekarang?".   Bukankah Tuhan menyuruh mereka untuk memperlihatkan diri mereka   kepada imam-imam, sesuai dengan Hukum Taurat "Inilah yang harus   menjadi hukum tentang orang yang sakit kusta pada hari   pentahirannya: ia harus dibawa kepada imam, dan imam harus pergi ke   luar perkemahan; kalau menurut pemeriksaan imam penyakit kusta itu   telah sembuh dari padanya" (
  Nama Samaria diberikan kepada penduduk campuran yang dibawa oleh   Raja Asyur atau Assyria, Esarhaddon (
  Dengan latar belakang itulah orang Samaria tersebut menganggap   dirinya tidak layak menerima penyembuhan tersebut seperti Rasul   Paulus yang menyatakan bahwa ia tidak layak menerima pengampunan   Tuhan: "Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: 'Kristus   Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa, dan di   antara mereka akulah yang paling berdosa.'" (
DOA PERMOHONANNYA DIKABULKAN TUHAN
  Sangat menarik sekali jika kita perhatikan bahwa ketika mereka tahu   Yesus sedang lewat mereka berteriak: "Yesus, Guru, kasihanilah   kami!" Dan sekarang setelah orang Samaria disembuhkan ia juga   memuliakan Allah dengan suara nyaring. Sekalipun orang Yahudi dan   orang Samaria bermusuhan, namun dalam keterkucilan karena kusta   mereka bisa bersatu. Hal ini menunjukkan bahwa penderitaan   menyebabkan manusia yang bermusuhan bisa bersatu. Penyakit kusta   adalah simbol daripada dosa dan dibawah dosa kita semua menjadi satu   "Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan   kemuliaan Allah," (
Leluhur bangsa Amerika mengadakan Thanksgiving pertama pada tahun 1621 setelah mereka menuai hasil panen yang pertama. Jadi mereka menghitung berkat Tuhan selama setahun yang sedang berjalan, lalu memanjatkan doa ucapan syukur. Dalam tahun ini ada berapa banyak doa permohonan kita yang didengar dan telah dikabulkan Tuhan? Marilah kita memghitung berkat-Nya seperti syair yang ditulis oleh Johnson Oatman Jr.: "Berkat Tuhan, mari hitunglah, kau 'kan kagum oleh kasih-Nya. Berkat Tuhan mari hitunglah, kau niscaya kagum oleh kasih-Nya" (Nyanyian Kidung Jemaat No. 439)
Kita terlalu sering dirasuk dengan banyak doa permohonan yang tak habis-habisnya sehingga kita tidak punya waktu untuk menghitung berkat-Nya sepanjang tahun ini. Marilah di bulan Thanksgiving ini kita mau berhenti sejenak, menghitung doa-doa permohonan kita yang sudah dikabulkan Tuhan setahun ini:
- Doa permohonan untuk kesehatan dan pekerjaan keluarga kita, anak- isteri dan suami. 
- Doa permohonan untuk kelancaran dan kebutuhan kuliah/sekolah. 
- Doa permohonan untuk keamanan dan perlindungan bagi keluarga. 
- Doa permohonan untuk persekutuan, pelayanan, pertumbuhan dan kecukupan gereja. 
- Doa permohonan untuk kehidupan dan kesembuhan anggota keluarga serta saudara/i seiman yang sakit. 
- Doa permohonan untuk keselamatan dan perlindungan dalam perjalanan baik di darat, di laut, maupun di udara. 
- Serta banyak lagi doa permohonan yang dapat Anda tambahkan sendiri. 
Sudahkah kita mengucap syukur untuk semuanya itu seperti yang dilakukan oleh orang Samaria tersebut?
Sangat jelas dalam peristiwa itu Tuhan menghendaki agar kita dapat menjadi anak-anak-Nya yang tahu mengucap syukur sebagai orang percaya serta yang telah diselamatkan dan diberkati-Nya. Jelas juga Tuhan kecewa dengan kesembilan orang kusta Yahudi itu yang tidak kembali untuk bersyukur pada-Nya. Itulah sebabnya Ia bertanya: "Di manakah yang sembilan orang itu?" Kita yang telah menerima kasih, karunia, keselamatan, dan semua berkat rohani dari Allah tidak boleh lupa untuk mengucap syukur kepada-Nya. Apa yang telah dilakukan-Nya bagi kita dan keluarga serta gereja, khususnya di tahun ini seharusnya mendorong kita untuk datang kepada-Nya dengan hati yang penuh syukur. Kiranya Tuhan menolong kita meneladani orang Samaria yang tahu mengucap syukur itu.
  Sumber: Newsletter GKI Monrovia, Edisi November 2002
           ==>   http://www.gki.org/article/
Edisi e-JEMMi
Kategori
Kolom Publikasi
- Printer-friendly version
- Log in to post comments
