Kesaksian

Kesaksian Pelayanan Misi

Pengantin Baru yang Menjadi Martir

Lorenzo adalah seorang pemuda yang pendiam, lemah lembut dalam berbicara, dan serius. Ibunya, Veronica, dekat dengannya karena ia berbakti dan patuh. "Ia melakukan apa yang telah dikatakannya. Ia adalah seorang pemuda yang baik," kata Veronica. Pada usia 18 tahun, Lorenzo diundang menghadiri ibadah gereja injili tidak jauh dari rumahnya. Ketika ia menerima Kristus, keluarganya melihat sebuah perubahan terjadi dalam perilakunya. "Ia menjadi lebih baik terhadap orang lain dan anggota keluarganya," kata Veronica, "ia ingin bernyanyi dan mengabarkan firman. Ketika ia berdoa pada malam hari, ia biasanya berdoa selama 2 atau 3 jam dan meminta Tuhan mengampuninya atas kesalahan selama 1 hari."

Membuat Perbedaan yang Bertahan

Stenly rindu untuk mengambil tantangan dalam lapangan misi. Sebagai lulusan baru dari sebuah sekolah Alkitab, Tuhan mengirimnya ke sebuah pulau terpencil di Indonesia. Di sana, penduduk mencampur perdukunan dan berhala dengan agama mayoritas. Stenly sangat berani dalam memberitakan Injil. Ia menyuruh kaum mayoritas untuk membakar patung-patung berhala mereka ketika mereka menerima Yesus Kristus. Suatu hari, ada seseorang yang bertobat; ia membakar berhalanya, di dalamnya terdapat kertas gulungan kitab suci agama mayoritas. Ketika warga mayoritas setempat mendengar akan hal ini, mereka menjadi amat marah dan melaporkan Stenly kepada petugas. Ia ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara.

Tiongkok: Saudari Wong

"Tolong, Saudari Wong, saudariku sakit, ia telah kehilangan indra perasa di kakinya. Maukah engkau datang dan mendoakannya?" Apakah ini pria yang sama yang telah menyita ratusan Alkitab dan buku-buku Kristen darinya? Sekarang ia memintaku berdoa? Tuhan yang sejati pasti telah memerhatikan.

Dikuatkan Oleh Para Malaikat

Walau dia belum pernah berada di sana sebelumnya, Prajurit Ivan "Vanya" Moiseyev mengetahui apa yang menantinya di kantor sang Mayor. Para komunis tidak henti-hentinya memanggilnya ke kantor pusat untuk berbincang, berusaha untuk "mendidiknya ulang", untuk membuatnya mengingkari imannya kepada Allah.

Saat itu waktu makan siang, matahari bersinar dengan cerah di langit yang biru dan salju pun terlihat berkilauan. Sambil berjalan di sepanjang trotoar yang bersalju, Moiseyev memuji Allah dalam kesendiriannya. Saat itu merupakan waktu untuk bernyanyi dan berdoa baginya.

Kaum Waldensian

Kaum Waldensian merupakan salah satu contoh bagaimana kehidupan sebuah kelompok, sekalipun menderita penganiayaan, masih tetap bertahan dan dapat hidup makmur. Bagaimana mereka melakukan hal tersebut selama hampir 800 tahun? Jawabannya terletak pada inti doktrin kaum Waldensian: fokus pada memiliki hubungan yang dekat dengan Yesus Kristus melalui Alkitab dan pelajaran-pelajaran.

Kesaksian Seorang Pendeta

Mereka menerobos masuk ke ruangan itu, sementara terdengar jeritan-jeritan rekan-rekan Kristen sedang dibantai di luar. Pendeta HP dan istrinya menolong memimpin kamp muda Indonesia, mereka merasa bertanggung jawab atas orang-orang muda ini. Saat sebelum penyerangan merupakan saat-saat pertumbuhan rohani dan penyembahan yang penuh sukacita. Namun kemudian mereka diserang. Ketika massa radikal mengelilingi gedung di mana mereka bersembunyi, pendeta HP keluar. Untuk mengalihkan perhatian massa yang haus darah itu dari istri dan kaum mudanya, pendeta itu diserang sementara yang lainnya melarikan diri.

Amerika: Ibunda Sophia

"Pada tahun 1996, anak perempuan kami Sophia mengalami kejang-kejang yang menyebabkan terjadinya kerusakan pada otaknya. Dia menderita selama berbulan-bulan, menangis tanpa henti selama dua atau tiga hari setiap kali dan merintih kesakitan. Dia tidak mengenal kami dan juga tidak memberikan reaksi."

Rumania: Seorang Wanita Muda

Saat itu hampir tengah malam ketika para tahanan wanita mendengar para penjaga Komunis datang. Mereka cepat-cepat berkumpul mengelilingi seseorang yang dikutuk, seorang wanita muda yang dijatuhi hukuman mati karena imannya dalam Kristus. Mereka membisikkan ucapan selamat tinggal dengan buru-buru. Tak ada air mata dari wanita Rumania muda itu, tak ada jeritan memohon belas kasihan.

Kisah Mahal Pada Hari Natal

K, seorang Yordania berumur 23 tahun, bergembira pada saat menyambut mendekatnya hari Natal tahun 2002 lalu. Tahun itu merupakan Natal pertama baginya sebagai orang Kristen. K telah meninggalkan "agama lain" pada awal tahun 2002, dan Natal memberikan sesuatu yang sangat berarti baginya. Ketika dia masih seorang "agama lain", Natal hanya merupakan hari raya bagi kaum kafir. Tetapi bagi dia sekarang, Natal merupakan hari kelahiran Penyelamatnya, Anak Allah, Yesus Kristus. K bersukacita meskipun karena iman barunya dia harus membayar suatu harga: dia diasingkan oleh keluarganya, mereka menendangnya keluar dari rumah. Teman kerjanya memberitahukan kepada bos K bahwa dia sudah bukan seorang "agama lain". Hasilnya, K dipecat dari pekerjaannya dan bahkan dia menghadapi waktu-waktu sulit pada saat hari Natal sudah akan mendekat.

Subscribe to Kesaksian