You are hereArtikel Misi / Siapakah Roh Kudus Itu?

Siapakah Roh Kudus Itu?


Dari antara semua pokok ajaran Kristen, tak satu pun yang akan membingungkan Anda selain pembahasan mengenai Roh Kudus. Pada saat saya membuka halaman pertama Alkitab dan membaca mengenai Roh Kudus, saya segera mengerti bahwa saya mengalami kesulitan. Pertama, saya telah banyak mendengar bahwa roh-roh itu tidak benar-benar ada. Mereka hanyalah hasil rekaman orang-orang dewasa untuk menakut-nakuti anak-anak kecil supaya mereka patuh. Kemudian, saya juga belum pernah mendengar tentang roh yang berpihak kepada orang-orang yang baik. Dalam cerita-cerita yang dikisahkan pada malam hari kepada saya ketika saya masih muda, misalnya bila saya dan anak-anak lain duduk di sekitar api unggun pada waktu kemping, roh-roh selalu berperan sebagai tokoh-tokoh jahat. Jelasnya, bercerita tentang roh-roh hanya memiliki satu maksud, yakni untuk menakut-nakuti orang.

Dengan latar belakang pengenalan akan kisah-kisah tentang roh-roh seperti di atas, tidak mengherankan jikalau orang-orang yang baru menjadi Kristen mengalami kesulitan memahami Roh yang sungguh-sungguh ada dan bahkan yang suci. Terjemahan Alkitab bahasa Indonesia menyebut Roh itu sebagai Roh Kudus. Kata Yunani "pneuma" untuk menyatakan Roh tidak banyak menyumbangkan pengertian yang jelas karena kata itu hanya berarti "angin" atau "napas". Tetapi kata Roh rupanya lebih dapat diterima dalam generasi kita ini. Kita harus membedakan antara zat dan roh. Kita sendiri terdiri dari kedua unsur ini, yakni tubuh (zat) dan roh. Tubuh adalah tempat kediaman roh kita. Bagian tubuh jasmani kita makin lama makin tua, lemah, dan rusak, lalu kelak akan mati. Tetapi bagian dari kita yang bersifat roh akan hidup untuk selama-lamanya. Inilah yang disebut kekekalan.

Alkitab berkata bahwa "Allah itu Roh". Itu berarti, Allah tidak memunyai tubuh jasmani. Karena Dia adalah Roh, maka Dia tidak dibatasi oleh satu tempat tertentu, melainkan Dia bisa hadir di mana-mana. Dalam istilah teologi, ini disebut sebagai Mahahadir. Ketika Yesus kembali ke surga setelah kebangkitan-Nya, Ia berjanji kepada murid-murid-Nya bahwa Ia akan mengirimkan Roh Kudus yang akan tinggal di dalam diri mereka dan bahwa Roh itu akan menjadi Guru, Pemimpin, dan Sahabat mereka. Selanjutnya dijanjikan juga, saat turun ke atas mereka, Roh Kudus akan mengaruniakan kemampuan untuk menyaksikan tentang Yesus kepada setiap orang. "Tetapi kamu akan menerima kuasa kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi" (Kisah Para Rasul 1:8).

Sementara Anda bersekutu dengan orang-orang Kristen yang memunyai latar belakang gereja yang berbeda-beda, Anda akan melihat perbedaan pendapat tentang Roh Kudus dan pelayanan-Nya. Perjanjian Baru menggunakan berbagai ungkapan untuk menggambarkan kegiatan Roh Kudus itu. Ada pembicaraan mengenai "dibaptiskan" dengan Roh Kudus. Sebagian orang-orang Kristen percaya bahwa istilah-istilah ini hanyalah cara pengungkapan yang berbeda-beda mengenai pelayanan utama dari Roh itu kepada orang-orang Kristen. Orang-orang lain mengajarkan bahwa istilah-istilah tadi menggambarkan tingkat-tingkat pelayanan yang berbeda-beda dari Roh Kudus itu kepada kita. Kelak, permasalahan ini pasti ingin Anda pelajari secara mendalam bagi diri Anda sendiri. Tetapi untuk sekarang, haruslah Anda ketahui bahwa Roh Kudus sungguh-sungguh diam di dalam diri Anda, dan Ia akan menguatkan dan memampukan Anda menjalani kehidupan yang berkenan kepada Allah. Barangkali Anda ingin merenungkan dan mempelajari ayat-ayat firman Allah yang berhubungan dengan kebenaran-kebenaran tentang Roh Kudus, Anda dapat membacanya dalam Yohanes 14:16-17; 15:26, Kisah Para Rasul 1:5, 7, 8; 4:31, atau 1 Korintus 12:13.

Suka Menerima Hadiah

Setiap orang suka menerima hadiah, tidak terkecuali orang-orang Kristen. Dari pemberian seseorang, kita mengetahui banyak mengenai siapa pemberi itu. Hadiah-hadiah biasanya menyatakan kasih, kemurahan hati, pengertian, maupun perhatian pada pihak pemberi. Alkitab berbicara mengenai hadiah-hadiah atau karunia-karunia yang diberikan oleh Roh Kudus kepada kita. Karunia-karunia tidak berwujud hadiah bendawi, melainkan berwujud talenta atau kemampuan yang diberikan oleh Roh Kudus agar kita mampu berbakti dan melayani Allah dengan berhasil. Apa sajakah karunia-karunia itu? Dalam Perjanjian Baru, Paulus memaparkan karunia-karunia itu di berbagai bagian tulisannya. Ada baiknya kita membaca ayat-ayat berikut dengan saksama, kemudian menyusun karunia-karunia tersebut dalam sebuah daftar.

"Sebab sama seperti pada satu tubuh kita mempunyai banyak anggota, tetapi tidak semua anggota itu mempunyai tugas yang sama, demikian juga kita, walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus tetapi kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain. Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita: Jika karunia itu adalah untuk bernubuat baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita. Jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani; jika karunia untuk mengajar, baiklah kita mengajar; jika karunia untuk menasihati, baiklah kita menasihati. Siapa yang membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia melakukannya dengan hati yang ikhlas; siapa yang memberi pimpinan, hendaklah ia melakukannya dengan rajin, siapa yang menunjukkan kemurahan hendaklah ia melakukannya dengan sukacita" (Roma 12:4-8).

"Ada rupa-rupa kurunia, tetapi satu Roh. Dan ada rupa-rupa pelayanan, tetapi satu Tuhan. Dan ada berbagai-bagai perbuatan ajaib, tetapi Allah adalah satu yang mengerjakan semuanya dalam semua orang. Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama. Sebab kepada yang seorang Roh memberikan karunia untuk berkata-kata dengan hikmat, dan kepada yang lain Roh yang sama memberikan karunia berkata-kata dengan pengetahuan. Kepada yang seorang Roh yang sama memberikan iman, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menyembuhkan. Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk mengadakan mujizat, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk membedakan bermacam-macam roh. Kepada yang seorang Ia memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa roh itu. Tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara khusus, seperti yang dikehendaki-Nya" (1 Korintus 12:4-11).

"Itulah sebabnya kata nas: 'Tatkala Ia naik ke tempat tinggi, Ia membawa tawanan-tawanan; Ia memberikan pemberian-pemberian kepada manusia.' Bukankah 'Ia telah naik' berarti bahwa Ia juga telah turun ke bagian bumi yang paling bawah? Ia yang telah turun, Ia juga yang telah naik jauh lebih tinggi daripada semua langit, untuk memenuhkan segala sesuatu. Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus" (Efesus 4:8-13).

Jelaslah, daftar yang diberikan oleh Paulus di atas bukanlah dimaksudkan untuk mengungkapkan semua karunia yang ada, tetapi untuk menggambarkan betapa banyaknya corak karunia-karunia yang disediakan Tuhan bagi orang-orang percaya dalam gereja. Dengan membandingkan bagian-bagian Alkitab ini, dapatlah kita membuat suatu daftar sebagai contoh yang saksama mengenai semua karunia yang ada. Memang ada bermacam-macam cara untuk menggolongkan karunia-karunia ini. Cara yang berikut barangkali dapat menolong kita.

  1. Karunia-karunia yang diperlukan untuk kepemimpinan rohani dalam gereja. Di sini Paulus menyebutkan berbagai bidang kepemimpinan, yakni: pendeta, pengabar Injil, nabi, guru, dan administrator.

  2. Karunia-karunia untuk melaksanakan pelayanan rohani kepada orang-orang lain. Karunia-karunia ini diperlukan untuk melayani orang-orang sakit, miskin, kecil hati, atau kecewa.

  3. Karunia-karunia untuk membangun diri sendiri secara rohani. Karunia-karunia ini adalah karunia iman, berkata-kata dengan bahasa roh, menafsirkan bahasa roh, dan pengertian rohani. (1 Korintus 14:6-25).

Jadi, kita dapat melihat bahwa Roh Kudus telah menyediakan segala sumber yang perlu untuk menyatakan firman Allah, baik kepada gereja maupun kepada dunia luar. Pertanyaan penting yang kedua ialah, dalam gambaran tersebut, di manakah tempat Anda? Dengan perkataan lain, bagaimana kita dapat memperoleh karunia-karunia ini? Jelas sekali, bahwa Roh Kudus tidaklah memberikan semua jenis karunia kepada satu orang, tetapi setiap orang Kristen diberi-Nya paling sedikit sebuah karunia. Jelaslah bahwa kita tidak mendapat karunia-karunia Roh itu dengan cara menginginkannya, memintanya dengan sangat, atau pun berusaha untuk memperolehnya. Kata Paulus, karunia-karunia itu diberikan oleh Roh Kudus menurut kerelaan-Nya sendiri atau "seperti yang dikehendaki-Nya" (1 Korintus 12:11) atau kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Itulah sebabnya karunia-karunia itu disebut pemberian atau hadiah. Hadiah-hadiah memang diberikan, bukan merupakan hasil dari usaha atau pekerjaan bilamana kita memenuhi syarat-syarat. Kalau tidak demikian, maka itu bukan lagi hadiah.

Yang Harus Dihindari

Ada dua kekeliruan yang harus kita hindari ketika memikirkan karunia-karunia Roh. Yang pertama ialah kekeliruan dalam mana kita sangat menginginkan karunia-karunia rohani yang paling menakjubkan seperti yang dimiliki oleh orang-orang lain. Rasul Paulus dengan tegas memberi peringatan dalam hal ini. Sering kali, saya menginginkan memiliki karunia dalam bidang musik maupun berceramah secara hebat. Dan bahkan yang lebih hebat lagi, saya mendambakan kemampuan untuk menyembuhkan orang-orang sakit, bahkan menghidupkan orang mati. Ternyata karunia-karunia yang demikian tidak Tuhan berikan kepada setiap orang percaya. Seandainya karunia-karunia tersebut dapat diminta atau dituntut, maka setiap orang Kristen di dunia ini akan memilikinya. Memang menyembuhkan seseorang dari penyakit kanker yang ganas jelas lebih hebat daripada membawa sekeranjang buah-buahan kepada keluarga yang lapar. Namun, Roh Kudus yang sama yang memberikan kedua karunia itu, baik karunia penyembuhan maupun karunia "kemurahan" dalam melayani orang-orang yang membutuhkan pertolongan (Roma 12:8).

Oleh sebab itu, janganlah Anda iri hati atau cemburu melihat Roh Allah memberikan karunia yang lebih menggetarkan kepada orang lain. Sebaliknya, sadarilah apa karunia khusus yang Anda terima dari Tuhan. Kemudian mulailah mengembangkannya. Misalnya, bila Anda diberi Allah talenta atau karunia untuk menasihati, maka mulailah memerhatikan keadaaan di sekitar Anda dan pakailah setiap kesempatan untuk menggunakan karunia itu. Coba pertimbangkan kemungkinan-kemungkinan untuk mengunjungi orang sakit, orang yang berusia lanjut, atau orang yang sedang dilanda kesedihan karena orang yang mereka kasihi meninggal. Berdoalah bersama mereka, bacakanlah firman Tuhan kepada mereka. Tolonglah mereka memenuhi keperluan jasmani mereka, baik dengan memberikan makanan, uang, maupun dengan mengerjakan hal-hal yang tak sanggup mereka kerjakan karena satu atau lain sebabnya. Dengan berbuat demikian, Anda sebenarnya telah memakai karunia yang telah diberikan oleh Roh Kudus kepada Anda.

Kesalahan kedua yang sering kita temukan di kalangan Kristen ialah harapan atau anggapan bahwa kita semua harus menerima karunia-karunia yang bersamaan. Rasul Paulus mengatakan bahwa "ada rupa-rupa karunia" (1 Korintus 12:4). Selanjutnya dia menunjukkan bahwa setiap anggota tubuh seseorang memiliki fungsi yang khusus. Itulah sebabnya tidak bijaksana bila kita mengharapkan atau menganggap bahwa orang-orang Kristen lain harus menerima karunia yang sama seperti yang Tuhan berikan kepada kita. Mengenai pembagian karunia-karunia, haruslah kita serahkan sepenuhnya kepada Roh Kudus, karena hanya Dia sendirilah yang berwenang membuat keputusan itu. Mungkin Anda sudah menyadari karunia-karunia Anda. Kadang-kadang Anda dapat memastikan karunia-karunia yang Anda miliki dengan jalan menanyakan kepada teman-teman Kristen Anda yang bijaksana. Mereka akan memberitahukan kepada Anda karunia-karunia apa saja yang mereka dapat lihat dalam diri Anda.

Pasar Buah-Buahan

Buah-buahan yang sudah terlalu matang atau pun busuk, tidak ada harganya. Ini pelajaran bagi saya ketika saya masih muda. Saya pergi ke sebuah ladang pertanian dan melihat banyak buah apel berserakan di sekitar pohon. Saya heran, mengapa orang tidak mengambil buah apel yang berjatuhan di tanah itu. Sebenarnya lebih mudah memungut buah apel yang berserakan di tanah daripada yang masih melekat di ranting pohon, bukan? Namun, setelah saya menggigit beberapa buah apel yang gugur itu, ternyata sudah terlalu matang semuanya.

Dalam Kitab Galatia 5, Rasul Paulus menggambarkan secara bertentangan dua macam buah-buahan. Yang pertama ialah buah yang dihasilkan dari keinginan daging yang penuh dosa. Dalam ayat 19-21, Paulus menyebutnya sebagai "percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percederaan, roh pemarah, kedengkian, kemabukan, dan pesta pora". Inilah buah yang busuk itu. Inilah penggambaran Paulus tentang kehidupan yang tidak saleh, di mana orang tersebut hidup dengan mementingkan dirinya sendiri dan hawa nafsunya. Sebaliknya, dalam ayat 22 dan 23, rasul itu berbicara mengenai "buah roh". Inilah mutu yang ditunjukkan oleh orang Kristen yang hidup dalam Roh Kudus. Ia mematuhi hukum Allah yang bersifat rohani, jasmani, dan susila. Apa sajakah mutu yang bagus itu? "Buah Roh" ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri". Supaya mudah, saya golongkan buah ini menjadi tiga kelompok.

Kelompok pertama berkaitan dengan mutu yang terdapat dalam hati manusia, yakni kasih, sukacita, dan damai sejahtera". Dengan perkataan lain, seseorang yang rohani atau saleh itu mengaslhi, penuh sukacita, dan memiliki damai sejahtera di dalam hidupnya. Anda tidak dapat menghasilkan buah yang baik atau membuktikan diri sebagai orang Kristen bila Anda suka mengkritik orang dengan penuh kebencian, atau suka mencemoohkan orang. Dan Anda tak dapat menjadi saksi Kristus yang berhasil bila hidup Anda penuh kesuraman dan terus bermuram durja. Dan tak mungkin Anda menjadi orang Kristen yang rohani bila ada suatu pertempuran yang berlangsung dalam diri Anda, sehingga Anda terus memusuhi diri sendiri dan orang-orang lain. Ketiga mutu ini -- kasih, sukacita, dan damai sejahtera -- adalah bukti dari kehidupan yang dipenuhi oleh Roh Kudus.

Kelompok yang kedua ialah berkenaan dengan keadaan dalam suatu hubungan. Paulus menyebutnya "kesabaran, kemurahan, dan kebaikan". Bagaimanakah kita menangani masalah ketidaksabaran? Kita serupa dengan orang Kristen muda yang berdoa, "Tuhan, berilah saya kesabaran dan saya maunya sekarang juga." Sebegitu mudah kita menjadi tidak sabar dalam hubungan-hubungan kita dengan orang lain. Dan bagaimana dengan buah kemurahan hati? Orang Kristen yang benar-benar rohani menunjukkan mutu kemurahan hati dalam hubungannya dengan semua manusia di sekelilingnya. Dengan perasaan malu, kita ingat saat-saat kita tidak bermurah hati terhadap orang lain, baik melalui sikap dan perbuatan maupun melalui kata-kata kita. Kita perlu menunjukkan sifat kelemahlembutan dan kemurahan seperti sifat yang dimiliki Kristus dalam pergaulan kita dengan orang lain. Selanjutnya, mutu yang berkaitan erat dengan kemurahan ialah kebaikan. Ini adalah sifat Kristen yang merupakan bagian yang sebegitu dalam dari diri kita sehingga hal tersebut membedakan kita dari teman-teman lain. Dikatakan bahwa Yesus "berjalan berkeliling sambil berbuat baik" (Kisah Para Rasul 10:38). Kita juga sepatutnya mengisi hidup kita dengan tugas pelayanan ini.

Kelompok buah yang ketiga melibatkan disiplin pribadi dan terdiri dari "kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaaan diri". Pertama, seorang Kristen yang sungguh-sungguh rohani adalah orang yang dapat dipercaya. Dia adalah orang yang dapat diandalkan. Jika dia berjanji melakukan apa saja, dia selalu menepatinya. Kedua, lemah lembut. Dia tidak menyombongkan diri atau pun bersikap tidak menghormati orang lain, tidak sok berkuasa, dan tidak suka mengucapkan kata-kata yang menyakitkan hati. Ia tidak memandang remeh orang lain, tetapi sebaliknya ia bersikap lemah lembut dan penuh kasih dalam pergaulannya dengan orang lain. Yang terakhir Paulus mengatakan orang-orang Kristen yang rohani dapat menguasai dirinya. Orang Kristen yang memunyai dan menunjukkan mutu atau "Buah Roh" ini sanggup menguasai amarahnya, selera makan dan minumnya, maupun nafsunya. Karena Roh Allah tinggal di dalam dia, maka dia mampu menguasai dorongan-dorongan yang kuat itu. Memang ini merupakan penguasaan diri, namun kenyataannya orang itu menempatkan diri di bawah penguasaan Roh Kudus.

Diambil dan disunting seperlunya dari:

Judul buku : Pedoman bagi Orang Kristen Baru
Judul asli buku : After You've Said, "I Belive"
Penulis : Leroy "Pat" Patterson
Penerjemah : Hanna Saragih
Penerbit : BPK Gunung Mulia, Jakarta 1986
Halaman : 64 -- 76

e-JEMMi 22/2009