You are hereKesaksian Misi / Kesaksian Misi

Kesaksian Misi

warning: Creating default object from empty value in /home/sabdaorg/public_sabda/misi/modules/taxonomy/taxonomy.pages.inc on line 33.

Lebih Mudah Tanpa Pendaftaran

Pendeta O, dari gereja Baptis di Urganch, Barat daya Uzbekistan, adalah seorang yang tinggi besar. Dia berpundak lebar dan berperut besar. Dengan rambut cepak merah kekuning-kuningan, dia dapat disebut sebagai seorang perwira angkatan bersenjata yang sudah pensiun. Kecelakaan kerja menyebabkan dia mengalami cedera kaki dan dia berjalan pincang. Pendeta O dan istrinya, N, dulunya adalah bekas pencandu alkohol dan pengguna obat-obatan terlarang. Mereka hidup setiap harinya dalam kasih karunia Allah yang telah membebaskan mereka dari suatu kehidupan yang penuh kecanduan.

Kesaksian SB

Selama dua jam setiap pagi, dan dua jam lagi setiap sore, Pendeta SB menghabiskan waktunya bersama Yesus. Dia membaca Alkitab, berdoa, dan menaikkan lagu-lagu pujian, sambil memetik gitarnya. Seperti nabi Daniel, persekutuannya dengan Allah adalah suatu bagian yang dilakukannya setiap hari.

Mesir: Pemimpin Kaum Muda Kristen

"Ini rencananya," kata seorang pemimpin Kristen muda pada kelompok kaum mudanya. "Pada pukul 8.30 kalian harus mulai membagikan undangan pertemuan ke universitas itu. Kalian harus membagikannya dengan cepat sebelum polisi rahasia datang dan menanyai apa yang kalian lakukan. Jika kalian tidak dapat memberikannya kepada seseorang, tinggalkan saja tergeletak di mana pun. Tuhan akan mengantarnya ke tangan-tangan yang tepat."

Alban -- Martir Inggris Pertama

Dalam sejarah kekaisaran Romawi, salah satu penganiayaan terburuk atas orang-orang Kristen terjadi pada masa Kaisar Diokletius (284-305 Masehi). Keinginannya untuk mengembalikan agama berhala Romawi menyebabkan terjadinya penganiayaan besar-besaran terhadap orang Kristen. Inilah penganiayaan terbesar dan yang terakhir di zaman kekaisaran Romawi.

Memikul Salib yang Lebih Besar

Mudah dimengerti mengapa H tidak pernah mau lagi pulang ke tempat kelahirannya. Mosul, kota kelahirannya di Irak, telah menjadi suatu tempat yang berbahaya bagi orang-orang Kristen. Pemerintah memperkirakan sekitar 10.000 orang Kristen telah meninggalkan kota terbesar kedua di Irak tersebut setelah militan "agama lain" mulai membunuh pemimpin gereja dan meneror orang-orang Kristen pada bulan Oktober 2008. Tindakan ekstremis "agama lain" meneror orang-orang Kristen bukanlah hal yang baru di Timur Tengah. Tetapi Irak memunyai arti alkitabiah yang spesial.

Menunggu Saudara Du

Para penginjil keliling tersebar di seluruh Tiongkok. Saudara Du yang dipenjara adalah contoh salah seorang laskar Kristus zaman modern ini.

"Saya naik bus selama lima jam untuk bertemu dengan dia," cerita XL (34 tahun). "Beberapa pemimpin gereja pergi bersama dengan saya, untuk menjemput pembebasan saudara Du." XL adalah salah seorang pemimpin dari 17 gereja rumah yang tidak terdaftar di Tiongkok Selatan. Hati XL dipenuhi dengan sukacita dan pengharapan.

Penjahatnya Allah

"Jangan gerakkan tanganmu!" teriak polisi berseragam sembari mendorong jari-jari terdakwa ke dalam lengan seragam yang berwarna oranye, saat mereka mengikuti perintah hakim muda. Setelah penahanan terdakwa, siksaan tongkat listrik memaksa pengakuannya atas "menjalankan bisnis ilegal". Pendeta C -- Pemimpin gereja rumah, berumur 34 tahun ini, dituduh bersalah bukan karena memperdagangkan senjata dan obat-obatan terlarang, melainkan dituduh mencetak dan menjual buku-buku kekristenan tanpa izin terlebih dahulu (sebenarnya buku-buku tersebut dia bagikan secara gratis). Kejahatan C yang sesungguhnya adalah mematuhi Allah sebagai "otoritas", daripada membungkuk kepada pemerintah komunis Tiongkok.

India: Dr. PJ

"Saya merasa seolah-olah salah satu lengan saya terpotong," kata Dr. PJ. Itu adalah khotbah yang paling sulit selama hidupnya -- saat penguburan anak laki-lakinya sendiri. Suaranya penuh dengan emosi, "Namun dengan apa pun yang masih kumiliki, saya akan terus melayani Kristus."

Kami Mati dengan Penuh Ucapan Syukur

Kedua gadis Kristen itu menunggu di halaman penjara Tiongkok untuk eksekusi yang telah diumumkan. Seorang sesama tahanan yang melihat adegan itu dari sel penjaranya, menggambarkan wajah mereka terlihat pucat tetapi cantik di luar batas akal -- amat sedih tetapi manis. Berbicara secara manusiawi, mereka penuh rasa takut. Tetapi Qiu Qinxiu dan Hou Xiuzu telah memutuskan untuk menyerahkan diri kepada kematian tanpa mengingkari iman mereka.

Sudan: Anak Laki-Laki

"Katakan kalimat ini," para prajurit itu berteriak, sambil menendangi dan memukuli wajah dan perut anak-anak laki-laki itu. "Tiada Tuhan selain Allah dan 'dia' adalah Rasul Allah. Katakan!"