You are hereArtikel / Berjalan 2 Mil

Berjalan 2 Mil


"Dan siapa pun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil."
(Matius 5:41)

Education

Ayat di atas merupakan bagian dari "Khotbah di Bukit". Pada masa itu, ada semacam peraturan yang tidak tertulis bahwa ketika para serdadu Romawi sedang melakukan perjalanan dalam rangka kepentingan negara, maka mereka berhak memerintahkan siapa saja yang mereka temui di jalan untuk membawa barang-barang mereka sejauh satu mil. Dan, orang-orang yang diperintahkan ini harus melakukannya, suka atau tidak suka, terima atau tidak terima. Bahkan, sering kali para serdadu Romawi ini memerintahkan dengan cara yang kasar serta tidak memedulikan apakah orang yang mereka perintahkan untuk membawa beban mereka juga memiliki beban sendiri.

Sabda ini agak sulit dicerna oleh orang Yahudi, yang saat itu dijajah bangsa Romawi. Sebagai orang jajahan, melihat serdadu Romawi saja mereka sudah tidak suka bahkan muak, apa lagi kalau dipaksa untuk membawa barang-barang mereka, itu sama saja membantu penjajah. Dengan demikian, perkataan Yesus ini menjadi suatu hal yang mustahil bagi mereka. Bagaimana bisa berjalan sejauh dua mil, sedangkan untuk menuntaskan yang satu mil saja rasanya enggan?

Ada dua persoalan besar yang dihadapi para pengikut Yesus berkaitan dengan perintah untuk berjalan dua mil ini, yaitu:

  1. Menuntaskan "mil" yang pertama.

    Bagi orang-orang ada masa itu, yang terbiasa bepergian dengan berjalan kaki, perjalanan sejauh satu mil (+ 1,6 km) tidaklah berat. Namun, perjalanan yang tidak jauh pun akan terasa berat dan menyiksa bila dilakukan dengan panas hati, penuh amarah, sungut-sungut, dan keluh kesah.

    Seandainya kita sedang berjalan dengan membawa beban kita sendiri di tengah udara yang panas, kemudian tiba-tiba ada orang yang memerintahkan kita membawakan bebannya sejauh satu mil, maka saat itu juga rasanya kita ingin "meledak".

    Tuhan Yesus dalam hal ini ingin mengajarkan satu prinsip kepada kita. Bukan semata-mata menaati otoritas, melainkan dapatkah kita tetap menyediakan diri kita, membuka diri kita untuk menolong orang lain sekalipun kita sendiri dalam keadaan lelah atau tidak memungkinkan.

    Ketika kita terjun dalam pekerjaan Tuhan, sering kali kita diperhadapkan dengan situasi seperti ini. Ada orang-orang yang membutuhkan perhatian lebih, ada pekerjaan yang harus diselesaikan, ada hal-hal lain yang tidak hanya menyita tenaga dan perhatian kita, tetapi juga waktu kita. Bisakah kita tetap melakukannya walau terkadang kita tergoda untuk menyerah dan bersikap masa bodoh? Bisakah kita tetap melakukannya tanpa amarah ataupun sungut-sungut?

  2. Melanjutkan "mil" yang kedua.

    Bila perjalanan pada mil yang pertama tuntas kita lakukan tanpa amarah dan sungut-sungut, maka perjalanan selanjutnya tidak akan terasa sulit. Sebaliknya, apabila mil yang pertama tuntas kita jalani -- walaupun dengan amarah dan sungut-sungut --, maka mil yang kedua merupakan siksaan tambahan. Tuhan Yesus mengajarkan murid-murid-Nya berjalan "ekstra" satu mil lagi, bukan untuk "mencari muka" pada penjajah. Kita tahu bahwa para serdadu Romawi "digodok" dengan pendidikan militer yang keras. Bagi mereka, belas kasihan adalah suatu kelemahan, kekerasan dan kekejaman merupakan bagian dari hidup mereka. Dengan berjalan ekstra satu mil lagi, Yesus hendak mengajar murid-murid-Nya untuk menunjukkan belas kasihan kepada orang lain bahkan musuh sekalipun, ... supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga (Matius 5:16). Artinya, ketika kita harus menempuh perjalanan "ekstra" satu mil lagi, bukan jarak yang harus kita pikirkan, melainkan tujuan akhir yang lebih mulia, yaitu melalui semua itu, Bapa di surga dipermuliakan.

    Tuhan Yesus menghendaki setiap anak-Nya memiliki karakter yang tidak ragu untuk bekerja "ekstra" lebih keras, memberikan waktu "ekstra", menyumbangkan pikiran "ekstra" lebih tajam, bahkan memberikan uang "ekstra" lebih banyak demi terlaksananya pekerjaan Tuhan. Dan, melalui semua yang "ekstra" kita lakukan, Bapa yang di surga semakin dipermuliakan.

Diambil dari:
Judul buletin: : Berita KARDIDAYA (Vol: 03, 2012)
Penulis artikel: : Telly Novyanna
Halaman: : 4 -- 5